MEDAN, SUMATERA UTARA (09/01) || jurnalismerahputih.com - Mereka 157 orang, mendarat tengah malam di pantai Mercusuar wilayah desa Karang Gading Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (30/12/2023). Itulah pengungsi Etnis Rohingya, yang datang berangsur namun sporadis dan menyebar ke beberapa wilayah di sebagian kepulauan Indonesia.
Ini gelombang kesekian eksodus pengungsi Etnis Rohingya ke kepulauan Indonesia, akibat konflik berkepanjangan sejak 1970 an, puncaknya pada 2017 lantaran kekejaman militer Myanmar di negara bagian Rakhine, tempat tinggal minoritas Rohingya.
Ribuan etnis Rohingya dibunuh (genosida), pemerkosaan, pembakaran dan lebih dari 700.000 kabur ke negara tetangga Bangladesh, catat PBB dan sejumlah organisasi HAM.
Tanggap akan hal ini, Sekretaris Daerah Kabupaten Deli Serdang, Timur Tumanggor menyatakan sejauh ini pihaknya belum dapat tempat penampungan sementara untuk pengungsi.
Dan sejauh pantauan Kapolres Belawan, AKBP Janton Silaban belum ditemukan unsur pidana di kasus terdamparnya pengungsi Rohingya tersebut, ditanyai seusai hadir dalam rapat koordinasi di kantor Camat Labuhan Deli, Selasa (02/01). Dilansir dari BBC News Indonesia.
Dalam keterangan terpisah pada Minggu malam, Panglima Kodam 1 Bukit Barisan, Mayor Jenderal TNI Mochammad Hasan menyebut kedatangan para pengungsi ke Sumatra Utara ini sebagai "pola baru".
Mereka yang selama ini masuk ke Aceh atau ke Sabang, sekarang mulai masuk ke wilayah kami di Pantai Timur Sumatera Utara di Pantai Mercusuar, Labuhan Deli, Deli Serdang," kata Mochammad Hasan. Ia menyarankan agar pengamanan di pantai timur Sumatera diperketat.
Hingga Selasa (02/01), para pengungsi masih ditempatkan di tenda darurat di lapangan di Desa Karang Gading.
Data yang dihimpun UNHCR (Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi / United Nations High Commissioner for Refugees) melaporkan: ada 157 pengungsi Rohingya, mereka terdiri 49 pria, 32 perempuan dan 76 anak-anak.
National Program Koordinator UNHCR, Oktina Hafranti, memohon pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk memfasilitasi tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya dan untuk pembiayaan akomodasi serta logistik itu ditanggung UNHCR.
Perwakilan UNHCR untuk Indonesia Ann Maymann menyampaikan belum bisa memastikan apa alasan pengungsi ini bisa tiba di Sumatra Utara, setelah beberapa kelompok sebelumnya mendarat di Aceh.
Ann Maymann juga menjelaskan bahwa kedatangan para pengungsi Rohingya ini sebelumnya dipicu oleh situasi buruk yang mereka hadapi di kamp pengungsian di Cox's Bazaar, Bangladesh, dimohon pemerintah Indonesia dan masyarakat setempat bersedia membantu para pengungsi.
Hingga saat ini sekitar 1.800 pengungsi Rohingya ada di Indonesia, menyusul gelombang kedatangan mereka sejak November 2023.
Muhammad Said (24), salah seorang pengungsi Rohingya yang mendarat di Labuhan Deli, Sumatra Utara, mengaku menempuh waktu 22 hari perjalanan kapal berlayar dari Bangladesh ke Indonesia.
Bersama rombongan pengungsi lain, ia meninggalkan Bangladesh pada awal Desember silam. Sebelum berlabuh di pesisir Labuhan Deli, kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing selama lima hari di perairan Indonesia, hingga akhirnya mendarat di Pantai Mercusuar pada Sabtu (30/12).
Said menuturkan bahwa dia terpaksa meninggalkan kampung halaman, Myanmar tujuh tahun lalu, menyusul persekusi dan pembunuhan etnis Rohingya, etnis Muslim-Myanmar oleh militer Myanmar. Tahun 2017, ia bersama keluarganya mengungsi ke Bangladesh.
Namun situasi di kamp pengungsi di Bangladesh yang terus memburuk beberapa tahun terakhir membuatnya memutuskan membawa keluarga mengungsi ke tampat lain. Ia hanya ingin PBB membawanya ke tempat yang lebih aman. “Kami putus asa, kami tak punya kewarganegaraan!"
Lantas apa sikap UNHCR dengan penyebaran pengungsi Rohingya yang kian masif itu? Sementara di beberapa wilayah Aceh — terhitung 8 Desember 2023 hingga 5 Januari 2024, tercatat ada 21 aksi penolakan masyarakat dan mahasiswa atas imigran Rohingya. Lalu menyusul di beberapa wilayah di Sumatera Utara, seperti di desa Kwala Besar kecamatan Secanggang kabupaten Langkat, lalu menyusul baru-baru ini di desa Karang Gading kecamatan Labuhan Deli kabupaten Deli Serdang.
Bupati Deli Serdang, HM Ali Yusuf Siregar dalam Rapat Pembahasan Penanganan Pengungsi Rohingya di Kantor Bupati Deli Serdang, menyampaikan, persoalan pengungsi Rohingya akan dibicarakan dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu). Ungkapnya, kehadiran para pengungsi Rohingya di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, mendapat banyak penolakan dari masyarakat sekitar. Dikutip dari Dinas Kominfostaan - Deli Serdang, Kamis (4/1/2024).
Kemudian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersama IOM dan UNHCR serta Polda Sumatera Utara adakan rapat terbatas terkait pengungsi Rohingya, Jumat (5/1/2024).
Asisten Gubernur Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat, Basarin Yunus Tanjung, sampaikan, para pengungsi Rohingya ditampung di Kabupaten Deli Serdang hingga 14 Januari 2024, serta menghimpun informasi semua instansi, baik instansi pemerintah, NGO atawa badan-badan yang ditunjuk oleh PBB.
Basarin Yunus Tanjung, katakan, saat ini pengungsi Rohingya sudah ditangani oleh pihak IOM – Organisasi Internasional untuk Migrasi (International Organization for Migration), serta bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk suplai makanan.
Masalahnya, menampung kedatangan pengungsi Rohingya bukan perkara sepele, para pihak kudu berpikir ke depan, sedini mungkin antisipasi permasalahan sosial yang mungkin terjadi, seperti konflik horizontal antara warga setempat dengan para pengungsi, ini akan merugikan banyak pihak.
[Jun/Jmp]
*Sumber:
- VOE Indonesia
- CNN Indonesia
- DetikNews
- SerambiNews
- Dinas Kominfostan, Deli Serdang
-Council Foregn Relations
Social Header