JAKARTA (13/10) || jurnalismerahputih.com - Sosok Hashim Djojohadikusumo rupanya menjadi magnet tersendiri bagi Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Belum tiga bulan berdiri tapi sudah 37 organisasi resmi menyatakan diri bergabung dengan FORMAS.
Sejak diresmikan pertama kali di awal Agustus lalu, FORMAS sudah dihuni 21 organisasi dari beragam latar belakang dan ruang lingkup aktivitas yang berbeda-beda. Dan diperkirakan akan terus bertambah karena tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan baru di bawah komando Prabowo – Gibran.
Hal itu tak lepas dari daya tarik ketokohan Hashim Djojohadikusumo sebagai pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina FORMAS dan Yohanes Handoyo Budhisedjati sebagai Ketua Umum FORMAS. Tak heran kegiatan FORMAS di berbagai kesempatan akan selalu menyedot perhatian dan sorotan media.
Pada pelantikan di aula Universitas Podomoro, Jakarta Barat, Jumat (11/10/2024) Hashim Djojohadikusumo lagi-lagi hadir dan bersama Ketum FORMAS Yohanes Handoyo Budhisedjati ikut melantik 16 organisasi baru yang diwakili langsung para Ketua Umum dan pimpinan tertinggi organisasi masing-masing.
Ketua Umum FORMAS Yohanes Handoyo Budhisedjati mengatakan, organisasinya bertugas mengawal dan memonitor pemerintahan. “Kami akan bekerjasama dengan seluruh lembaga-lembaga, baik pemerintah dan non pemerintah untuk memastikan apa yang diprogramkan oleh Pak Prabowo masuk sampai ke rakyat kita yang ada di desa-desa,” tutur Handoyo usai acara pelantikan kepada awak media.
Dialog Kebangsaan
Menariknya, acara pelantikan ini diawali dengan Dialog Kebangsaan dengan tema: ‘Peran Gen Z dalam Peningkatan Kualitas SDM Menuju Indonesia Emas’ yang diikuti sejumlah Rektor Perguruan Tinggi ternama di Indonesia, sejumlah tokoh dan pejabat, serta ratusan mahasiswa.
Rektor Universitas Podomoro Bacelius Ruru, S.H., LL.M didaulat menyampaikan sambutan selaku tuan rumah. Dilanjutkan penyampaian sambutan pembuka dialog dari Irjen. Pol. Dr. Eko Budi Sampurno, M.Si, Wakil Kepala Lemdiklat Polri.
Sementara, Hashim Djojohadikusumo yang menjadi pembicara utama pada dialog kebangsaan ini menyampaikan Generasi Z (Gen Z), yang lahir setelah 1997, memiliki potensi besar dalam menciptakan inovasi yang dapat mengubah peradaban dunia.
“Keahlian Gen Z dalam menggunakan teknologi canggih merupakan salah satu keunggulan yang dapat membawa Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045. Peran Gen Z dalam pembangunan Indonesia sangat krusial. Mereka harus terus didorong untuk berinovasi dan beradaptasi agar bisa bersaing secara global,” ujar Hashim.
Hashim juga mengungkapkan, berdasarkan data pemerintah tahun 2006 atau 18 tahun lalu terdapat 30 persen anak Indonesia mengalami stunting (kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek dari rata-rata anak seusianya akibat kekurangan gizi kronis).
Selain itu data tahun 2014 lalu atau 10 tahun lalu ada 38 persen anak Indonesia mengalami stunting. Itu artinya ada 30 persen anak-anak Gen Z yang masih hidup saat ini merupakan anak yang mengalami stunting.
“Anak-anak yang kena stunting ini tentu sangat sulit untuk mendapat kesempatan di era saat ini. Misalnya di Universitas Pertahanan, mahasiswa yang masuk harus minimal ber IQ 120. Hal ini tentu sangat tidak mungkin bagi mereka yang dulu pernah terkena stunting,” ujar Hashim.
Menurutnya, saat ini, dari anak-anak sekolah, 41 persen masuk sekolah dengan perut kosong. “Kondisi seperti ini yang harus dipikirkan dan diatasi. Program pemberian makanan bergisi bagi anak sekolah dan Ibu hamil oleh pemerintahan Pak Prabowo dan Mas Gibran adalah bagian dari mengatasi masalah ini,” tandas Hashim dalam pemaparannya dan sering juga disampaikannya di berbagai kesempatan dan forum dialog.
Ia juga menyorot terkait simulasi pemberian makanan gratis di sejumlah sekolah di berbagai daerah. “Ada anak sekolah yang hanya makan setengah dari sarapannya dan sisanya dibungkus untuk dibawah pulang ke rumah. Ketika ditanya guru, anak itu mengaku akan memberi sisa makanan itu kepada adik-adiknya yang kekurangan makan di rumah. Saya hampir menangis mengetahui kondisi seperti ini,” ungkap Hashim.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini sempat mengutarakan di akhir pemaparannya terkait Rumah Tidak Layak Huni. “Sekitar 36 persen rumah tangga di Indonesia tinggal di rumah tidak layak huni atau katakanlah ‘maaf’ rumah gubuk,” ungkap Hashim dengan raut muka sedih.
“Masalah itu harus segera diatasi. Kebetulan saya ditugaskan menjadi kepala satgas, maka kita akan membangun tiga juta rumah setiap tahun,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) Ir. Soegiharto Santoso, SH mengaku siap mendukung program unggulan FORMAS untuk mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Kami jajaran pengurus dan seluruh anggota APTIKNAS yang bersama Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK) dengan Ketua Umumnya Mas Dedi Yudianto sebagai bagian dari FORMAS, siap berkontribusi memberi penguatan di berbagai sektor terkait pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Hoky sapaan akrab pengusaha yang juga berprofesi sebagai wartawan dan advokat.
Sementara itu, menanggapi penegasan Ketum FORMAS Yohanes Handoyo Budhisedjati terkait pengawalan dan monitoring kinerja pemerintahan baru, Wakil Ketua Umum FORMAS Bidang Pengembangan Pers dan Media, Hence Mandagi menuturkan, hal itu perlu didukung melalui program sosialisasi dan publikasi secara masif.
Ia mengatakan, seluruh pendapat dan pandangan masyarakat yang mendukung program Prabowo-Gibran, terutama pencegahan masalah stunting lewat program makanan bergizi untuk anak sekolah dan ibu hamil, harus dieksploitasi sebagai bahan pemberitaan agar masyarakat terinformasi dan teredukasi bahwa betapa pentingnya pemerintah melindungi rakyat dari ancaman stunting.
“Formas memiliki empat organisasi pers yang dapat mengerjakan konsep sosialisasi dan publikasi program ini secara masif sampai ke pelosok desa di seluruh Indonesia melalui jaringan media masing-masing,” papar Mandagi yang juga merupakan Ketua Umum Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI).
Berikut 37 organisasi kemasyarakatan dan komunitas yang tergabung di dalam FORMAS: 1. A2K (Anugerah Amal Kasih), 2. AWIBB (Aliansi Wartawan Indonesia Bangkit Bersama), 3. BFCI (Bikers For Christ Indonesia), 4. CKI (Central Kristen Indonesia), 5. Gema Sadhana, 6. GERSUMA (Gerakan Sumatera Maju), 7. GPdPI (Gerakan Pertobatan dan Pemulihan Indonesia), 8. Laskar Prabowo 08, 9. MUKI (Majelis Umat Kristen Indonesia), 10. PATRIA (Perkumpulan Alumni Margasiswa RI)
11. Perhimpunan Duta Wisata SULUT, 12. PIN MERATIH (Perkumpulan Insan Merajut Merah Putih), 13. PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), 14. PKKL (Pusat Kajian Kebijakan Lingkungan), 15. PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia), 16. PPHKI (Perhimpunan Profesi Hukum Kristiani Indonesia), 17. PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia), 18. RAPI (Relawan Pemimpin Indonesia)
19. REPKIP (Relawan Peduli Kasih Indonesia Perkasa), 20. SMSI (Serikat Media Siber Indonesia), 21. VOX Point Indonesia, 22. KIPRA (Kita Indonesia Prabu), 23. PP 08 (Paguyuban Pariban 08), 24. APTIKNAS (Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional), 25. SPRI (Serikat Pers Republik Indonesia), 26. SPLI (Solidaritas Pencipta Lagu Indonesia), 27. KPTIK (Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi), 28. IKPPNI (Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia)
29. BKSG-LK (Badan Kerja Sama Gereja dan Lembaga Kristen Indonesia), 30. ANAK Bangsa Berkarakter Mulia, 31. Perisai Prabowo, 32. ASDEKI (Asosiasi Depo Kontainer Indonesia), 33. PPDI (Perkumpulan Pers Daerah Seluruh Indonesia), 34. Ponpest Syekh Djatira Babakan Ciwaringin Cirebon, 35. Pondok Al Khiyaroh Putra-Putri Buntet Pesantren Cirebon, 36. YAY Bethany Kalimantan, 37. YSKBI (Yayasan Surya Kurnia Bakti Indonesia).
[Hendra/tim/jmp]
Social Header